Loading

TEKNIK PENGENDALIAN GULMA DENGAN HERBISIDA PERSISTENSI RENDAH PADA TANAMAN PADI

Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman padi. Gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok (Gupta 1984). Pada tanaman padi, biaya pengendalian gulma mencapai 50% dari biaya total produksi (IRRI 1992).
Komunitas gulma dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan kultur teknis. Spesies gulma yang tumbuh bergantung pada pengairan, pemupukan, pengolahan tanah, dan cara pengendalian gulma (Noor dan Pane 2002).
Gulma berinteraksi dengan tanaman melalui persaingan untuk mendapatkan satu atau lebih faktor tumbuh yang terbatas, seperti cahaya, hara, dan air. Tingkat persaingan bergantung pada curah hujan, varietas, kondisi tanah, kerapatan gulma, lamanya tanaman, pertumbuhan gulma, serta umur tanaman saat gulma mulai bersaing (Jatmiko et al. 2002).
Di tingkat petani, kehilangan hasil padi karena persaingan dengan gulma mencapai 10-15%. Karena terbatasnya tenaga kerja untuk menyiang, dalam mengendalikan gulma petani mulai beralih dari penyiangan secara manual ke pemakaian herbisida (Pane et al. 1999). Selain itu, penggunaan herbisida lebih ekonomis dan efektif mengendalikan gulma dibanding cara lain, terutama pada hamparan yang luas. (Caseley 1994; Moody 1994; Heong dan Escalada 1995). Pengendalian gulma dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi populasi gulma sehingga penurunan hasil secara ekonomis menjadi tidak berarti (Mulyono et al. 2003).
Clomazon, kalium MCPA, dan 2,4 D dimetil amina merupakan herbisida dengan persistensi rendah. Menurut Jatmiko et al. (2002), persistensi adalah lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah yang merupakan akibat dari penyerapan, volatilisasi, pencucian, dan degradasi biologi ataupun nonbiologi. Pada umumnya persistensi herbisida di dalam tanah lebih pendek dari pada insektisida dan bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa tahun, bergantung pada struktur dan sifat tanah serta kandungan air di dalam tanah. Herbisida persistensi rendah menandakan lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah termasuk rendah. Dengan demikian, herbisida yang terserap tanaman padi juga rendah sehingga hasil padi aman dikonsumsi.
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemakaian herbisida terhadap pertumbuhan gulma dan hasil padi. Herbisida yang diaplikasikan merupakan kelompok herbisida persistensi rendah yang lama aktivitas biologinya dalam tanah pendek.









BAHAN DAN METODE


Percobaan dilaksanakan di lahan petani dengan jenis tanah Vertisols di Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada MK 2001. Bahan yang digunakan meliputi herbisida dari golongan fenoksi yaitu 2,4 D dimetil amina dan kalium MCPA, herbisida dari golongan isoksazolidin yaitu clomazon, benih padi IR64, serta pupuk urea, SP-36, dan KCl. Alat yang dipakai adalah meteran gulung, cangkul, pengukur kadar air, timbangan manual dan elektrik, serta alat semprot (knapsack sprayer) dengan kapasitas 17 l.
Percobaan diawali dengan membuat persemaian 21 hari sebelum tanam. Pengolahan tanah dilakukan setelah petak percobaan dibuat. Petak percobaan berukuran 5 m x 6 m. Tanah diolah dengan cara dibalik sekali dan diratakan. Jumlah petakan setiap ulangan adalah lima petak. Penanaman dilakukan secara tanam pindah dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm setelah bibit padi berumur 21 hari setelah sebar (HSS).
Perlakuan pengendalian gulma yang dicobakan adalah: (W1) tanpa disiang; (W2) disiang manual dua kali pada 21 dan 42 hari setelah tanam (HST); (W3) clomazon 2 l/ha pada 3 HST; (W4) kalium MCPA 1,5 l/ha pada 10 HST; dan (W5) 2,4 D dimetil amina 1 l/ha pada 14 HST. Penentuan dosis herbisida dilakukan sebagai berikut:
Contoh perlakuan W3: clomazon 2 l/ha.
Ukuran plot: 5 m x 6 m = 30 m2
Luas 1 ha = 10.000 m2
Produk 2 l = 2.000 ml
Dosis herbisida tiap petak:
(30/10.000) x 2.000 = 6 ml/petak
Apabila dosis rekomendasi herbisida clomazon adalah 2 ml/l air, maka kebutuhan air untuk dosis 6 ml adalah 3 l, sedangkan kebutuhan air tiap hektar adalah 1.000 l. Cara penghitungan ini berlaku pula untuk perlakuan lainnya.
Perlakuan W1 dan W2 merupakan perlakuan pembanding. Penyemprotan dilakukan sesuai perlakuan pada saat cuaca cerah serta tidak melawan arah angin. Nozel yang digunakan berbentuk kipas dengan lebar 1,10 m.
Pada saat tanaman berumur 21 dan 42 HST, khusus untuk perlakuan W2 dilakukan penyiangan gulma di seluruh petakan. Penyiangan dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia, yaitu dengan mencabuti rumput atau gulma yang tumbuh dalam petakan sampai bersih.
Pupuk yang digunakan adalah urea, KCl, dan SP-36 masing-masing dengan takaran 112,5 kg N/ha, 45 kg P2O5/ha, dan 90 kg K2O/ha. Urea dan KCl diberikan dua kali, yaitu 1/2 takaran pada 7 HST dan 1/2 takaran setelah tanaman berumur 46 HST. Pupuk SP-36 diberikan sekali yaitu pada saat sebelum atau awal tanam.
Pengamatan untuk tinggi tanaman dan jumlah anakan dilakukan pada 30 dan 60 HST bersamaan dengan pengambilan contoh gulma. Setiap petak diamati 10 rumpun tanaman contoh. Untuk mengendalikan hama dan penyakit digunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin dan difekonazol.
Pengambilan contoh gulma dilakukan dengan menempatkan kotak-kotak kecil pada sudut-sudut petakan sehingga membentuk suatu diagonal. Kotak berukuran 0,5 m x 0,5 m, terbuat dari bambu yang diikat dengan tali sehingga membentuk sebuah bujur sangkar. Jumlah kotak masing-masing petak adalah empat buah, yakni dua kotak untuk mengambil contoh gulma pada 30 HST dan dua kotak lainnya pada 60 HST (Gambar 1).
X
s




5 m




t
s 6 m s
Gambar 1. Posisi kotak contoh untuk pengambilan gulma

Keterangan :
X = Luas petakan
Y = Kotak contoh gulma



Contoh gulma kemudian dibawa ke tempat yang teduh dan tertutup agar pada saat identifikasi contoh gulma tidak beterbangan. Contoh gulma dipisahkan menurut spesiesnya kemudian diidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku klasifikasi gulma. Setiap spesies gulma dibungkus dengan kertas dan diberi label menurut perlakuannya. Contoh gulma kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60oC selama 24 jam. Selanjutnya contoh gulma ditimbang untuk mengetahui bobot keringnya. Cara yang sama pengambilan contoh gulma pada umur 60 HST demikian pula pelaksanaannya. Parameter tanaman yang diamati adalah persentase gabah isi, bobot gabah 1.000 butir pada KA 14%, dan hasil gabah kering bersih (t/ha).












HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis Gulma
Berdasarkan pengamatan, gulma yang tumbuh di lahan percobaan adalah Marselia crenata, Paspalum distichum, Fimbritylis milliacea, Echinochloa colona, Learsia hexandra, Cyperus diformis, Ludwigia abisinica, Cynodon dactilon, Ludwigia adcendens, Leptochloa chinensis, Cyperus tenuispica, Cyperus sanguinolentus, Ludwigia perenis, Lindernia crustaceae, Echinochloa crusgali, Lindernia antipoda, Elatine triandra, Ludwigia octovalvis, Ludwigia adcendens, Echinochloa glabrescens, Cyperus iria, Cyanotis axilaris, dan Lindernia bacopa. Gulma yang dominan pada umur 30 HST adalah M. crenata, P. distichum, dan F. milliacea, sedangkan pada umur 60 HST adalah E. crusgali, E. glabrescens, dan M. crenata.
Gulma F. milliacea, L. perenis, E. triandra, dan C. axilaris tidak tampak pada 60 HST. Hal ini diduga karena adanya penyerapan unsur hara dalam jumlah besar oleh tanaman padi dan gulma yang dominan sehingga menekan pertumbuhan gulma lainnya. Gulma yang tumbuh hampir pada semua petak percobaan adalah M. crenata, terutama sebelum tanaman padi berumur 30 HST.
E. crusgalli merupakan gulma dominan pada umur 60 HST, namun pengaruhnya terhadap perlakuan W3, W4, dan W5 sangat kecil. Ini tampak dari hasil gabah yang hampir sama dengan perlakuan disiang dua kali (W2).


Pertumbuhan Tanaman Padi
Tinggi tanaman dan jumlah anakan tanaman padi antara perlakuan satu dengan lainnya tidak berbeda jauh, baik pada umur 30 HST maupun 60 HST (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan herbisida persistensi rendah tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman terutama pada fase vegetatif.

Hasil Padi
Perlakuan W2 (disiang dua kali) menghasilkan gabah paling tinggi (6,35 t/ha) dibandingkan perlakuan lainnya (Tabel 2). Perlakuan W1 (tanpa disiang) menghasilkan gabah paling rendah (4,50 t/ha). Hal ini membuktikan bahwa perlakuan W1 (tanpa disiang) bukan merupakan pilihan yang tepat dalam budi daya padi. Perbedaan hasil yang tidak terlalu mencolok antara perlakuan disiang dengan herbisida (W3, W4, dan W5) dengan disiang manual dua kali (W2) menunjukkan bahwa pengendalian gulma menggunakan tiga jenis herbisida ini mampu menggantikan pengendalian gulma dengan cara disiang dua kali.
Herbisida kalium MCPA yang disemprotkan pada umur 10 HST sangat efektif. Hal ini diduga karena aplikasi herbisida dilakukan pada saat yang tepat, yaitu pada periode persaingan pemanfaatan unsur hara, cahaya, dan air antara tanaman padi dengan gulma. Periode persaingan ini disebut dengan periode kritis tanaman. Pada tanaman padi, periode kritis terjadi pada umur 30-45 HST. Menurut Moody (1977), waktu persaingan gulma yang paling kritis pada tanaman terjadi pada periode 1/4 sampai 1/3 pertama dari siklus hidup tanaman. Gulma yang tumbuh setelah periode ini tidak akan menyebabkan kehilangan hasil yang nyata pada tanaman pokok.
Lamanya aktivitas biologi herbisida dalam tanah berlangsung sekitar satu bulan. Dengan persistensi yang rendah, herbisida yang terserap oleh tanaman padi diharapkan akan rendah pula atau dapat diminimalkan, sehingga kandungan herbisida dalam gabah tidak membahayakan kesehatan manusia. Oleh karena itu, penggunaan herbisida persistensi rendah merupakan alternatif yang baik dalam pengendalian gulma, tetapi perlu memperhatikan keamanan lingkungan.
Tabel 1. Tinggi tanaman dan jumlah anakan tiap rumpun padi varietas IR64 pada umur 30 dan 60 HST pada berbagai perlakuan pengendalian gulma, Kecamatan Gabus, Pati MK 2001
Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan tiap rumpun
30 HST 60 HST 30 HST 60 HST
W1 (tanpa disiangi) 87,08 60,54 15 14
W2 (disiangi dua kali) 82,38 56,67 15 15
W3 (clomazon 2 1/ha pada 3 HST) 86,58 59,58 16 17
W4 (MCPA 1,5 1 /ha pada 10 HST) 86,17 58,63 16 15
W5 (2,4 D 1 1/ha pada 14 HST) 81,79 57,25 16 15
HST = hari setelah tanam
Tabel 2. Komponen hasil dan hasil padi varietas IR64 pada berbagai perlakuan pengendalian gulma dengan herbisida, Kecamatan Gabus, Pati, MK 2001
Perlakuan Gabah isi (%) Bobot gabah 1000 butir KA 14 % (g) Hasil (t/ha)
W1 (tanpa disiangi) 78,7 23,4 4,50
W2 (disiangi dua kali) 72,7 23,3 6,35
W3 (clomazon 2 1/ha pada 3 HST) 76,4 24,2 5,30
W4 (MCPA 1,5 1 /ha pada 10 HST) 75,4 24,5 5,64
W5 (2,4 D 1 1/ha pada 14 HST) 69,4 24,5 4,84





KESIMPULAN


Dari 23 jenis gulma yang tumbuh di pertanaman padi, terdapat tiga jenis gulma yang dominan pada umur 30 HST yaitu M. crenata, P. distichum, dan F. milliacea. Pada 60 HST, jenis gulma yang dominan adalah E. crusgali, E. glabrescens, dan M. crenata.
Pengendalian gulma dengan cara disiang dua kali menghasilkan gabah kering panen tertinggi (6,35 t/ha), sedangkan hasil terendah (4,5 t/ha) diperoleh dari perlakuan tanpa penyiangan. Pengendalian gulma dengan herbisida persistensi rendah menghasilkan gabah kering bersih tidak berbeda jauh dengan perlakuan disiang dua kali. Namun pengendalian gulma dengan herbisida persistensi rendah perlu memperhatikan keamanan lingkungan.














DAFTAR PUSTAKA

Caseley, J.C. 1994. Herbicide. p. 83-123. In R. Labrada, J.C. Caseley, and C. Parker (Eds.). Weed Management for Developing Countries. FAO Plant Production and Protection. Paper No. 120. FAO, Rome.

Gupta, O.P. 1984. Scientific Management. Today and Tomorrows. Printers and Pub. New Delhi, India. p. 102.

Heong, K.L. and M.M. Escalada. 1995. A comparative analysis of pest management practices of rice farmer in Asia. p. 227-245. In K.L. Heong and M.M. Escalada (Eds.). Pest Management of Rice Farmers in Asia. International Rice Research Institute, Los Banos, Philippines.

IRRI. 1992. Gogorancah: a Farmer’s Dry Seeded Rice Practice in Indonesia. Survey Report, Collaborated CRIFC-IRRI, Bogor and Los Banos.

Jatmiko, S.Y., Harsanti S., Sarwoto, dan A.N. Ardiwinata. 2002. Apakah herbisida yang digunakan cukup aman? hlm. 337-348. Dalam J. Soejitno, I.J. Sasa, dan Hermanto (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Moody, K. 1977. Weed Control in Multiple Cropping. Multiple Cropping Source Book. National Food and Agriculture Council, Department of Agriculture, University of Phlippines, Los Banos, Philippines. p. 69-76.

Moody, K. 1994. Weed management in rice. p. 249-256. In R. Labrada, J.C. Caseley, and C. Parker (Eds.). Weed Management for Developing Countres. FAO Plant Production and Protection. Paper No. 120. FAO, Rome.

Mulyono, S., H. Pane., S. Wahyuni, dan Noeriwan B.S. 2003. Aplikasi herbisida residu rendah dalam pengendalian gulma padi walik jerami pada penyiapan lahan yang berbeda. hlm. 317-327. Dalam S. Agus, S.Y. Jatmiko, dan I.J. Sasa (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Produk Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Noor, E.S. dan H. Pane. 2002. Pengelolaan gulma pada sistem usaha tani berbasis padi di lahan sawah tadah hujan. hlm. 321-335. Dalam J. Soejitno, I.J. Sasa, dan Hermanto (Ed.). Prosiding Seminar Nasional Membangun Sistem Produksi Tanaman Pangan Berwawasan Lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Pane, H., P. Bangun, dan S.Y. Jatmiko. 1999. Pengelolaan gulma pada pertanaman padi gogorancah dan walik jerami di lahan sawah tadah hujan. hlm. 321-334. Dalam S. Partohardjono, J. Soejitno, dan Hermanto (Ed.). Risalah Seminar Hasil Penelitian Emisi Gas Rumah Kaca dan Peningkatan Produktivitas Padi di Lahan Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN HORTI "Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos dan NPK Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tomat, adalah tanaman yang paling mudah dijumpai. Warnanya yang cerah sungguh menarik. Selain kaya vitamin C dan A, tomat konon dapat mengobati bermacam penyakit.
Kalau dirunut sejarahnya, tomat atau Lyopercisum esculentum pada mulanya ditemukan di sekitar Peru, Ekuador dan Bolivia. Di Prancis, tomat dinamakan ‘apel cinta’ atau pomme d’amour. Dikatakan sebagai apel cinta, karena tomat diyakini mampu memulihkan lemah syahwat dan meningkatkan jumlah sperma serta menambah kegesitan gerakannya.
Tomat juga banyak digunakan untuk masakan, seperti sup, jus, pasta, dan lainnya. Rasanya yang sedikit asam bahkan membuat selera makan meningkat. Lebih jauh menurut penelitian DR. John Cook Bennet dari Wiloughby University, Ohio, sebagai orang pertama yang meneliti manfaat tomat, pada November 1834, menunjukkan bahwa tomat dapat mengobati diare, serangan empedu, gangguan pencernaan dan memulihkan fungsi lever. Peneliti lain dari Rowett Research Institute di Aberdeen, Skotlandia, juga berhasil menemukan manfaat tomat lainnya. Menurutnya, gel berwarna kuning yang menyelubungi biji tomat dapat mencegah penggumpalan dan pembekuan darah yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke (Iwanudin, 2009).
Hampir semua orang mengenal tomat (Licopersicum esculentum). Buah yang tanpa kenal musim ini ternyata mengandung beragam nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Beragam penelitian menunjukan, tomat bermanfaat untuk kesehatan jantung serta penangkal radikal bebas.
Banyak varietas buah tomat, seperti tomat buah yang berukuran besar, tomat sayur dengan ukuran lebih kecil dan tomat ceri yang hanya sebesar kelereng. Apapun jenisnya, tomat mengandung unsur gizi yang hampir sama, yakni kaya akan vitamin A, vitamin C, mineral, serat dan zat fitonutrien (Sutomo, 2008).
Manfaat tomat sangat banyak, diantaranya adalah sebagai berikut :
• Membantu menurunkan resiko gangguan jantung.
• Menghilangkan kelelahan dan menambah nafsu makan.
• Menghambat pertumbuhan sel kanker pada prostat, leher rahim, payudara dan endometrium.
• Memperlambat penurunan fungsi mata karena pengaruh usia (age-related macular degeneration).
• Mengurangi resiko radang usus buntu.
• Membantu menjaga kesehatan organ hati, ginjal, dan mencegah kesulitan buang air besar.
• Menghilangkan jerawat.
• Mengobati diare.
• Meningkatkan jumlah sperma pada pria.
• Memulihkan fungsi lever.
• Mengatasi kegemukan (Iwanudin, 2009).
Pemberian kompos pada tanaman sangat penting untuk menyediakan hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman memerlukan banyak sekali hara tanaman. Pemberian yang terlalu banyak dapat mengakibatkan ketidak seimbangan hara di dalam tanah dan tanaman. Selain itu tidak semua N dari kompos dapat diserap oleh tanaman, sehingga mengakibatkan berlebihnya hara N dan dapat menjadi polusi lingkungan.
Pada tanaman cabe merah dan tomat, pupuk N sangat diperlukan dalam jumlah yang besar (sekitar 150 kg/ha) untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Sumarni melaporkan bahwa 20-30 ton/ha pupuk kandang diperlukan untuk mendapatkan hasil sayuran yang tinggi.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sumarna pada 3 macam jenis tanah menunjukkan bahwa tanah Aluvial memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis tanah lainnya (Andosol dan Latosol). Pemberian pupuk kandang 60 t/ha (60 g kompos pada 2 kg tanah/pot) menaikkan hasil secara nyata, tetapi penambahan kompos dari 60 menjadi 90 t/ha tidak menaikkan hasil.
Menurut Alvarez, kompos berpengaruh secara langsung dengan melepas hara yang dikandungnya dan secara tidak langsung dengan mempengaruhi kapasitas tukar kation yang mempengaruhi serapan hara.
Kompos di dalam tanah dapat berpengaruh positif yaitu merangsang pertumbuhan atau negatif yaitu menghambat pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian yang menggunakan kompos yang berasal dari limbah peternakan ayam, sapi dan domba diketahui dapat menaikkan pertumbuhan tanaman sedangkan kompos dari peternakan babi menghambat pertumbuhan tanaman.
Hasil penelitian mineralisasi dari dua kompos (dari pemotongan sapi dan kotoran ayam) menunjukkan bahwa serapan N dari kedua kompos tersebut masih naik pada 31 minggu setelah tanam, sedangkan serapan N dari urea sudah berhenti pada 16 minggu setelah tanam. Dengan masih berlangsungnya mineralisasi N sampai 31 minggu setelah tanam maka kemungkinan kompos tersebut dapat digunakan untuk menanam tanaman sayuran selama 2 musim.
Selain itu, kinerja dari pupuk kompos juga dapat dibantu dengan menggunakan pupuk majemuk N, P, dan K. Dalam aplikasi pemberian pupuk kompos dan pupuk majemuk, hal yang perlu diperhatikan adalah kandungan dan komposisi dari kedua pupuk tersebut. Karena apabila dalam aplikasi pemupukan, terjadi kesalahan dalam aplikasi, ataupun kesalahan dalam pemberian dosis pupuk antara kompos dan pupuk majemuk, maka dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hara di dalam tanah dan tanaman. Dan apabila hal tersebut terjadi, maka pemupukan tidak akan mendatangkan manfaat, melainkan dapat menimbulkan sisi negatif bagi tanaman ataupun pertumbuhan tanaman akan terganggu (Rostika, dkk, 2005).
Karena pentingnya kombinasi pemupukan antara pupuk kompos dan majemuk (NPK), maka penelitian ini dilaksanakan, yaitu dengan mengkombinasikan dosis pupuk kompos dan pupuk NPK terhadap tanaman tomat. Dan diharapkan mendapatkan dosis yang tepat untuk pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui dosis Pupuk Kompos dan Pupuk NPK pada tanaman tomat, agar mencapai produksi maksimum.
Hipotesa
1. Ada respon pertumbuhan dan produksi tanaman tomat akibat perlakuan pupuk kompos.
2. Ada respon pertumbuhan dan produksi tanaman tomat akibat perlakuan pupuk NPK.
3. Ada interaksi antara pemberian pupuk kompos dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

Kegunaan Percobaan
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
2. Sebagai bahan informasi bagi yang pihak yang membutuhkan.











TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat
Klasifikasi tanaman tomat :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanum lycopersicum
Sinonim dari Solanum lycopersicum adalah Lycopersicon lycopersicum dan Lycopersicon esculentum (Anonim, 2010).

Morfologi Tanaman Tomat
Tanaman tomat terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan biji. Tinggi tanaman tomat mencapai 2-3 meter. Sewaktu masih muda batangnya berbentuk bulat dan teksturnya lunak, tetapi setelah tua batangnya berubah menjadi bersudut dan bertekstur keras berkayu. Ciri khas batang tomat adalah tumbuhnya bulu-bulu halus diseluruh permukaannya. Akar tanaman tomat berbentuk serabut yang menyebar ke segala arah. Kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas, yakni pada kedalaman 30-70 cm.
Daunnya yang berwarna hijau dan berbulu mempunyai panjang sekitar 20-30 cm dan lebar 15-20 cm. Daun tomat ini tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang. Sementara itu, tangkai daunnya berbentuk bulat memanjang sekitar 7-10 cm dan ketebalan 0,3-0,5 cm.
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10 bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya. Kuntum bunganya terdiri dari lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari terdapat kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena tipe bunganya berumah satu. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan terjadi penyerbukan silang.
Buah tomat berbentuk bulat, bulat lonjong, bulat pipih, atau oval. Buah yang masih muda berwarna hijau muda sampai hijau tua. Sementara itu, buah yang sudah tua berwarna merah cerah atau gelap, merah kekuning-kuningan, atau merah kehitaman. Selain warna-warna di atas ada juga buah tomat yang berwarna kuning.
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan diselimuti daging buah. Warna bijinya ada yang putih, putih kekuningan, ada juga yang kecokelatan. Biji inilah yang umumnya dipergunakan untuk perbanyakan tanaman (Bernardinus dan Wiryanta, 2002).

Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 750 mm-1.250 mm/tahun. Keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak terdapat irigasi teknis. Curah hujan yang tinggi (banyak hujan) juga dapat menghambat persarian.
Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Penyerapan unsur hara yang maksimal oleh tanaman tomat akan dicapai apabila pencahayaan selama 12-14 jam/hari, sedangkan intensitas cahaya yang dikehendaki adalah 0,25 mj/m2 per jam. Gambar di atas adalah dua orang treainee asal Indonesia yang sedang magang di pertanian tomat di Prefektur Gunma, Jepang.
Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah suhu siang hari 18-29 derajat C dan pada malam hari 10-20 derajat C. Untuk negara yang mempunyai empat musim digunakan heater (pemanas) untuk mengatur udara ketika musim dingin (Gambar samping), udara panas dari heater disalurkan ke dalam green house melalui saluran fleksibel warna putih.
Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan untuk tanaman tomat yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak. Tetapi, kelembaban relatif yang tinggi juga merangsang mikro organisme pengganggu tanaman.
Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis tanah, mulai tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik serta unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen, oleh karena itu air tidak boleh tergenang.
Tanah dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5,5-7,0 sangat cocok untuk budidaya tomat.
Dalam pembudidayaan tanaman tomat, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.
Tanaman tomat dapat tumbuh di berbagai ketinggian tempat, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah, tergantung varietasnya. Tanaman tomat yang sesuai untuk ditanam di dataran tinggi misalnya varietas berlian, varietas mutiara, varietas kada. Sedangkan varietas yang sesuai ditanam di dataran rendah misalnya varietas intan, varietas ratna, varietas berlian, varietas LV, varietas CLN. Selain itu, ada varietas tanaman tomat yang cocok ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi antara lain varietas tomat GH 2, varietas tomat GH 4, varietas berlian, varietas mutiara (Pudjiatmoko, 2008).

Mekanisme Masuknya Unsur Hara
Unsur hara masuk ke dalam tanaman melalui dua cara, yaitu melalui akar dan daun. Akar mengambil unsur hara dari dalam tanah, tetapi daun mengambil unsur hara dari udara bebas (Yusup, 2010).
Mekanisme Penyerapan Unsur Hara Melalui Akar
Unsur hara yang akan di serap oleh akar tanaman dapat ditentukan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan unsur hara didaerah permukaan akar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersedianya unsur hara didalam tanah yaitu suplai padat, air dan pH tanah (Agustina, 1990).
Sebelum tanaman dapat mengabsorbsi unsur hara, maka unsur hara tersebut harus terdapat pada permukaan akar. Bergeraknya unsur hara kepermukaan terjadi melalui beberapa cara yaitu aliran massa (masa flow), difusi dan intersepsi (Dartius, 2006).
Mekanisme Penyerapan Unsur Hara Melalui Daun
Unsur hara yang diserap oleh daun pada umumnya berupa zat perangsang tumbuh yang diberikan melalui penyemprotan keseluruh bagian tubuh tanaman. Pemberian zat perangsang tumbuh akan melalui floem dan dikirim kemeristem melalui pembuluh xylem (Dwidjsepuetro, 1983).
Pada siang hari yang terlalu terik atau angin terlalu kencang, maka penguapaan akan banyak sekali dan air akan berkurang, sehingga tekanan turgor berkurang secara otomatis dan stomata akan tertutup. Bila tanaman disemprot dengan air maka stomata membuka dan menyerap cairan yang hilang akibat penguapan. Seandainya yang disemprot larutan pupuk yang mengandung jenis hara, maka tanaman bukan hanya menyerap air tetapi sekaligus menyerap zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman bagi pertumbuhannya (Lingga,1995).

Manfaat Pupuk Kompos
Kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah (Anonim, 2010).

Manfaat Pupuk NPK
Manfaat pupuk NPK bagi tanaman sangat banyak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Higroskopis
2. Mudah larut dalam air
3. Larut dalam air sehingga mudah diserap tanaman
4. Sesuai untuk berbagai jenis tanaman
5. Meningkatkan produksi dan kualitas panen
6. Menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan
Menjadikan tanaman lebih hijau dan segar karena banyak mengandung butir hijau daun
7. Memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik
8. Memacu pembentukan bunga, mempercepat panen dan menambah kandungan protein
9. Menjadikan batang lebih tegak, kuat dan dapat mengurangi risiko rebah
10. Memperbesar ukuran buah, umbi dan biji-bijian
11. Meningkatkan ketahanan hasil selama pengangkutan dan penyim-panan.
12. Memperlancar proses pembentukan gula dan pati (anonim, 2002).

Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan mengurangi jumlah tunas dan pucuk batang, sehingga perkembangan buahnya maksimal. Buah yang dihasilkan tanaman tomat yang terlalu rimbun umumnya kecil dan proses pematangannya lama karena banyak hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan daun. Pemangkasan juga berguna untuk mengurangi gangguan hama dan penyakit.
Pemangkasan yang biasa dilakukan ada tiga macam, yaitu sebagai berikut :
1. Pemangkasan tunas muda
Tanaman tomat banyak ditumbuhi oleh tunas sehingga mengganggu kelangsungan hidup tanaman itu sendiri. Oleh karena itu, kelebihan tunas perlu dikurangi. Tunas yang muncul di antara batang tanaman dipotong sehingga yang tertinggal hanya batang daun utama saja. Cara memangkasnya cukup dengan menggunakan tangan karena batang tomat termasuk lunak. Tangan harus bersih untuk mencegah penularan hama atau penyakit, terutama virus. Selain itu, adanya luka baru akan memudahkan hama atau penyakit tersebut itu masuk ke tanaman.
2. Pemangkasan batang
Jika di atas tandan buah yang kelima tumbuh dua helai daun maka saatnya batang tersebut dipangkas ujungnya. Tujuan pemangkasan ini adalah untuk mempercepas proses pemasakan buah. Namun, jika ada tunas yang tumbuh kuat pada batang di sekitar tandan buah yang kelima, batang tidak perlu dipangkas.
Pertumbuhan tomat yang subur biasanya mempunyai 2-3 tunas cabang pada setiap batangnya. Tunas cabang ini akan berkembang menjadi batang utama baru. Dengan demikian, cabang utama yang berlebih ini harus dikurangi. Bila dalam memangkas takut meninggalkan luka yang terlalu banyak, dapat menggunakan pisau yang tajam.

3. Pemangkasan bunga dan buah
Selain pemangkasan di atas, penjarangan bunga atau bakal buah juga baik dilakukan. Jumlah bakal buah yang ideal sekitar 6-8 buah saja. Pengurangan kuantitas tersebut akan mendatangkan keunggulan kualiatas. Pemangkasan tidak perlu dilakukan kalau yang diinginkan adalah buah tomat dengan ukuran yang beraneka ragam (Bernardinus dan Wiryanta, 2002).

















BAHAN DAN METODE PERCOBAAN

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Jl. Tuar, Kecamatan Medan Amplas. Berlangsung mulai tanggal 06 Maret 2010 sampai dengan 08 Mei 2010.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih tanaman tomat, pupuk kompos, pupuk NPK, polibag dan air.
Alat yang digunakan adalah cangkul, polibek, alat tulis, meteran/ penggaris, gembor.

Metode Percobaan
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (Randomized Blok Design) dengan dua faktor yang terdiri dari tiga dan empat taraf perlakuan yaitu :
1. Faktor Pupuk Kompos (K), terdiri dari empat taraf :
K0 : Tanpa pupuk kompos
K1 : 250 gr pupuk kompos
K2 : 500 gr pupuk kompos
K3 : 750 gr pupuk kompos


2. Faktor Pupuk NPK (N), terdiri dari tiga taraf :
N1 : 25 gr pupuk NPK
N2 : 50 gr pupuk NPK
N3 : 75 gr pupuk NPK
Jumlah kombinasi perlakuan 12 kombinasi yaitu :
K0N1 K1N1 K2N1 K3N1
K0N2 K1N2 K2N2 K3N2
K0N3 K1N3 K2N3 K3N3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot percobaan : 36 plot
Jumlah tanaman per plot : 3 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot : 2 tanaman
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 72 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 108 tanaman









PELAKSANAAN PERCOBAAN

Pengolahan Lahan
Percobaan dilakukan dirumah kasa. Terlebih dahulu dibersihkan rumah kasa dari gulma-gulma yang ada. Kemudian ambil polibag ukuran 5 kg, dan diisi dengan tanah sebanyak 108 polibag atau lebih. Lalu polibag tersebut disusun di rumah kasa dengan bentuk 3 ulangan, dan masing-masing ulangan terdapat 12 plot, dan masing-masing plot terdapat 3 polibag.

Persemaian
Penyemaian dilakukan dipolibag kecil, yaitu dengan cara menam benih tomat kedalam polibag kecil yang sudah diisi dengan tanah sebanyak satu benih tiap polibag.

Pemberian Pupuk
Pupuk pada polibag yang tersedia. Pemberian pupuk dilakukan menurut kombinasi percobaan yang ada, yaitu 12 kombinasi yang tiap-tiap plot berbeda kombinasinya.

Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara mengambil bibit tomat dari lahan penyemaian. Kemudian bibit tersebut ditanam ke polibag yang sudah tersedia. Diusahakan bibit tomat berdiri tegak, dan waktu penanaman bibit tomat tidak terkena banyak getaran.

Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi atau sore hari. Jika hujan turun, maka penyiraman tidak dilakukan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan ketiga ada gulma tumbuh di dalam polibag ataupun di dalam rumah kasa. Penyiangan dilakukan dengan sistim manual, yaitu dengan mencabut gulma yang ada.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan ketika tanaman menunjukkan ciri-ciri terkena serangan hama dan penyakit, yaitu dengan cara menyemprotkan insektisida ataupun fungisida pada tanaman tersebut.
Panen
Panen dilakukan buah tomat telah memasuki fase masak fisiologis.

Parameter Pengamatan
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah (patok standar) sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan sejak umur satu minggu setelah tanam sampai umur tiga minggu setelah tanam dengan interval satu minggu.



Jumlah daun (helai)
Jumlah daun diukur dengan cara menghitung jumlah keseluruhan daun dari tanaman yang telah sempurna. Penghitungan dilakukan sejak umur satu minggu setelah tanam sampai umur tiga minggu setelah tanam dengan interval satu minggu.



















HASIL PERCOBAAN

Tinggi Tanaman
Dari hasil pengukuran tinggi tanaman dari umur 1 minggu sampai dengan umur 3 minggu setelah tanam yang telah dianalisis secara statistik dapat dilihat pada lampiran 3 sampai 5 pada halaman 30 sampai dengan 32.
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk NPK menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman tomat umur 3 minggu setelah tanam.
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Tomat (cm) Terhadap Perlakuan Pemberian Pupuk Kompos dan NPK pada Umur 3 MST.
Perlakuan N1 N2 N3 Total Rataan
K0 42 47.5 51 140.5 46.833
K1 59 51.5 35 145.5 48.5
K2 63 49 32.5 144.5 48.167
K3 78.5 38.5 37.5 154.5 51.5
Total 242.5 186.5 156 585
Rataan 60.625 46.625 39

Hubungan antara tinggi tanaman tomat umur 3 MST terhadap perlakuan pemberian pupuk kompos dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram Tinggi Tanaman Tomat Umur 3 MST Terhadap Perlakuan Pemberian Pupuk Kompos
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan pemberian pupuk kompos terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa untuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian 750 gr pupuk kompos (K3) yaitu dengan rataan 51,50 cm, dan yang terendah pada perlakuan tanpa pemupukan (K0) yaitu dengan rataan 46,833 cm.
Pengaruh perlakuan pemberian pupuk NPK terhadap tinggi tanaman tomat umur 3 MST dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Histogram Tinggi Tanaman Tomat Umur 3 MST Terhadap Perlakuan Pemberian Pupuk NPK

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan pemberian pupuk NPK terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa untuk tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian 25 gr pupuk NPK (N1) yaitu dengan rataan 60,625 cm, dan yang terendah pada perlakuan pemberian 75 gr NPK (N3) yaitu dengan rataan 39 cm.




Jumlah Daun
Dari hasil pengukuran jumlah daun dari umur 1 minggu sampai dengan umur 3 minggu setelah tanam yang telah dianalisis secara statistik dapat dilihat pada lampiran 6 sampai 8 pada halaman 33 sampai dengan 35.
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk NPK menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman tomat umur 3 minggu setelah tanam.
Tabel 2. Rataan Jumlah Daun Tanaman Tomat (helai) Terhadap Perlakuan Pemberian Pupuk Kompos dan NPK pada Umur 3 MST.
Perlakuan N1 N2 N3 Total Rataan
K0 22 24 22 68 22.667
K1 24.5 21 19.5 65 21.667
K2 23 22 17 62 20.667
K3 25 18.5 20 63.5 21.167
Total 94.5 85.5 78.5 258.5
Rataan 23.625 21.375 19.625

Hubungan antara jumlah daun tanaman tomat umur 3 MST terhadap perlakuan pemberian pupuk kompos dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Histogram Jumlah Daun Tanaman Tomat Umur 3 MST Terhadap Perlakuan Pemberian Pupuk Kompos
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan pemberian pupuk kompos terhadap jumlah daun menunjukkan bahwa untuk jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan tanpa pupuk kompos (K0) yaitu dengan rataan 22,677 helai, dan yang terendah pada perlakuan pemberian 500 gr kompos yaitu dengan rataan 20,667 helai.
Pengaruh perlakuan pemberian pupuk NPK terhadap jumlah daun tanaman tomat umur 3 MST dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Histogram Jumlah Daun Tanaman Tomat Umur 3 MST Terhadap Perlakuan Pemberian Pupuk NPK

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa pengaruh perlakuan pemberian pupuk NPK terhadap jumlah daun tanaman menunjukkan bahwa untuk jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan pemberian 25 gr pupuk NPK (N1) yaitu dengan rataan 23,625 helai, dan yang terendah pada perlakuan pemberian 75 gr NPK (N3) yaitu dengan rataan 19,625 helai.



PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman
Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman tomat, sedangkan perlakuan pemberian pupuk kompos tidak nyata terhadap tinggi tanaman tomat. Pengaruh kedua perlakuan tersebut menunjukkan tidak ada interaksi keduanya terhadap tinggi tanaman tomat.
Perlakuan pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman tomat diduga karena pupuk NPK adalah pupuk sintetis yang mudah larut dalam tanah, sehingga perakaran tanaman tomat dapat langsung menyerap dan mengabsorbsi zat hara yang telah terurai dari pupuk NPK untuk keperluan pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal tersebut mengakibatkan adanya pengaruh pemberian pupuk NPK pada tanaman tomat umur 3 MST.
Sedangkan pada perlakuan pupuk kompos tidak memberiakan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman tomat diduga karena sifat dari pupuk kompos itu sendiri. Pada pupuk kompos, proses dekomposisi pupuk menjadi zat yang dibutuhkan tanaman tergolong lambat, sehingga tanaman tomat dalam penyerapan unsur hara juga menjadi lambat. Hal tersebut berakibat lambatnya pertumbuhan tanaman, sehingga perlakuan pemberian pupuk kompos memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman tomat.

Jumlah Daun
Perlakuan pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat pada umur 3 minggu setelah tanam. Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk kompos tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat pada umur 3 minggu setelah tanam. Begitu pula halnya dengan interaksi antara pupuk kompos dan pupuk NPK tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat.
Perlakuan pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman tomat pada umur 3 minggu setelah tanam diduga karena sifat fisik dari pupuk NPK tersebut. Pupuk NPK mempunyai sifat yang mudah larut dalam air, sehingga pada ketika aplikasi pemupukan pada tanaman, zat-zat yang terkandung pada pupuk NPK dengan cepat terurai menjadi zat-zat yang dibutuhkan tanaman ataupun yang lebih dikenal dengan unsur hara. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap tanaman itu sendiri, yaitu perakaran tanaman dapat langsung menyerap dan mengabsorbsi unsur hara yang telah terurai dari pupuk NPK tersebut, untuk kebutuhan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.
Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk kompos tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun tanaman tomat pada umur 3 minggu setelah tanam. Hal tersebut diduga karena sifat dari pupuk kompos itu sendiri. Pada pupuk kompos, proses dekomposisi pupuk menjadi zat yang dibutuhkan tanaman tergolong lambat, sehingga tanaman tomat dalam penyerapan unsur hara juga menjadi lambat. Hal tersebut berakibat lambatnya pertumbuhan tanaman, sehingga perlakuan pemberian pupuk kompos memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman tomat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Perlakuan pemberian pupuk kompos menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatan jumlah daun.
2. Perlakuan pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter pengamatan tinggi tanaman.
3. Interaksi antara perlakuan pemberian pupuk kompos dan NPK menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman tomat.

Saran
1. Sebaiknya dalam penanaman tomat menggunakan pupuk kompos sebanyak 750 gr/polibag (K3) dan pupuk NPK 25 gr/polibag (N1), karena pada perlakuan tersebut diperoleh tinggi tanaman dan jumlah daun yang tertinggi.
2. Sebaiknya dalam aplikasi pupuk kompos agar sebelum pertanaman, karena proses dekomposisi pupuk kompos menjadi unsur hara tergolong lama dibandingkan pupuk sintesis.






DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L. 1990. Nutrisi Tanaman. Rineka cipta. Jakarta.
Anonim. 2002. Sifat, Manfaat dan Keunggulan Pupuk NPK. http://www.petrokimia-gresik.com/phonska.asp

Anonim. 2010. Kompos. http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos

Anonim. 2010. Tomat. http://id.wikipedia.org/wiki/Tomat

Bernardinus, T., dan Wiryanta, W. 2002. Bertanam Tomat. PT Agro Media Pustaka. Jakarta.

Dartius, 2006. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan.

Dwidjoseputro, D, 1983. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Iwanudin. 2009. Khasiat dan Manfaat Tomat. http://blog.iwanudin.com/khasiat-dan-manfaat-tomat/

Lingga, P. 1995. Pengantar Pengunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rostika, I., Adil W.H., dan Sunarlim, N. 2005. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kompos dan Nitrogen Terhadap Tanaman Sayuran. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian. Bogor.

Sutomo, B. 2008. Menguak Manfaat Tomat Sumber Antioksidan Alami. http://budiboga.blogspot.com/2008/02/menguak-manfaat-tomat.html

Pudjiatmoko. 2008. Budi Daya Tomat. http://atanitokyo.blogspot.com/2008/12/budi-daya-tomat-lycopersicon-esculentum.html

Yusup, T. 2010. Pemupukan dan Penyemprotan. http://tohariyusuf.wordpress.com/2010/01/15/pemupukan-dan-penyemprotan/





Lampiran 1. Lay Out Percobaan


I III II






U






























Lampiran 2. Bagan Sampel Percobaan







U









Keterangan :


= Tanaman Sampel



= Bukan Tanaman Sampel
















Lampiran 3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Tanaman Tomat Umur 1 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III
K0N1 7.25 9.5 8 24.75 8.25
K0N2 7.25 7 12 26.25 8.75
K0N3 6.25 9 12 27.25 9.0833333
K1N1 7.5 8 10.5 26 8.6666667
K1N2 6.75 9.5 9.5 25.75 8.5833333
K1N3 8.5 7.5 7.5 23.5 7.8333333
K2N1 8 9 10.5 27.5 9.1666667
K2N2 10.25 10.5 7.5 28.25 9.4166667
K2N3 7.75 7 7.5 22.25 7.4166667
K3N1 10 7.5 9.5 27 9
K3N2 8.25 8 7.5 23.75 7.9166667
K3N3 8.75 7.5 5.5 21.75 7.25
Total 96.5 100 107.5 304 8.4444444


SK db JK KT F.Hitung F.Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 5.26389 2.63194 0.98442tn 3.44 5.72
Perlakuan 11 16.5556 1.50505 0.56293tn 2.26 3.18
Kompos 3 2.43056 0.81019 0.30303tn 3.05 4.82
NPK 2 5.48264 2.74132 1.02532tn 3.44 5.72
Interaksi 6 8.64236 1.44039 0.53874tn 2.55 3.76
Galat 22 58.8194 2.67361
Total 35 80.6389

Keterangan :
KK = 19.3632 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata


Lampiran 4. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Tanaman Tomat Umur 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III
K0N1 8 12.5 10 30.5 10.166667
K0N2 11.75 7 17 35.75 11.916667
K0N3 8 12 15 35 11.666667
K1N1 10.25 11.5 16.5 38.25 12.75
K1N2 4.5 17.5 10.5 32.5 10.833333
K1N3 7.95 7.5 8.5 23.95 7.9833333
K2N1 8.1 11 11.5 30.6 10.2
K2N2 13 17.5 8.6 39.1 13.033333
K2N3 6.35 7 8.5 21.85 7.2833333
K3N1 16.35 17 17 50.35 16.783333
K3N2 8.9 6.5 12.5 27.9 9.3
K3N3 9.5 5.5 7.5 22.5 7.5
Total 112.65 132.5 143.1 388.25 10.784722


SK db JK KT F.Hitung F.Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 39.8218 19.9109 1.92633tn 3.44 5.72
Perlakuan 11 242.366 22.0333 2.13166tn 2.26 3.18
Kompos 3 7.45576 2.48525 0.24044tn 3.05 4.82
NPK 2 93.9601 46.9801 4.54519* 3.44 5.72
Interaksi 6 140.95 23.4916 2.27275tn 2.55 3.76
Galat 22 227.397 10.3362
Total 35 509.584

Keterangan :
KK = 29.8107 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata


Lampiran 5. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Tanaman Tomat Umur 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III
K0N1 12 17 13 42 14
K0N2 14.5 9 24 47.5 15.833333
K0N3 13 21 17 51 17
K1N1 18 13.5 27.5 59 19.666667
K1N2 11.5 25.5 14.5 51.5 17.166667
K1N3 13 13.5 8.5 35 11.666667
K2N1 24 17.5 21.5 63 21
K2N2 17.5 17 14.5 49 16.333333
K2N3 12 11 9.5 32.5 10.833333
K3N1 39.5 15 24 78.5 26.166667
K3N2 13 13 12.5 38.5 12.833333
K3N3 17 10 10.5 37.5 12.5
Total 205 183 197 585 16.25


SK db JK KT F.Hitung F.Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 20.6667 10.3333 0.30965tn 3.44 5.72
Perlakuan 11 645.917 58.7197 1.75959tn 2.26 3.18
Kompos 3 11.6389 3.87963 0.11626tn 3.05 4.82
NPK 2 320.792 160.396 4.80641* 3.44 5.72
Interaksi 6 313.486 52.2477 1.56565tn 2.55 3.76
Galat 22 734.167 33.3712
Total 35 1400.75

Keterangan :
KK = 35.5494 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata


Lampiran 6. Rataan Jumlah Daun (helai) Tanaman Tomat Umur 1 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III
K0N1 4.5 5 4 13.5 4.5
K0N2 5 4 5 14 4.6666667
K0N3 3.5 4.5 4.5 12.5 4.1666667
K1N1 4 4.5 4.5 13 4.3333333
K1N2 4.5 5 4 13.5 4.5
K1N3 5 4 4 13 4.3333333
K2N1 5 4.5 4 13.5 4.5
K2N2 4.5 4.5 4 13 4.3333333
K2N3 5 4 4.5 13.5 4.5
K3N1 5 4 4 13 4.3333333
K3N2 4.5 4 3.5 12 4
K3N3 3.5 4 3.5 11 3.6666667
Total 54 52 49.5 155.5 4.3194444


SK db JK KT F.Hitung F.Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 0.84722 0.42361 1.93372tn 3.44 5.72
Perlakuan 11 2.40972 0.21907 1tn 2.26 3.18
Kompos 3 1.24306 0.41435 1.89145tn 3.05 4.82
NPK 2 0.43056 0.21528 0.98271tn 3.44 5.72
Interaksi 6 0.73611 0.12269 0.56004tn 2.55 3.76
Galat 22 4.81944 0.21907
Total 35 8.07639

Keterangan :
KK = 10.8358 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata


Lampiran 7. Rataan Jumlah Daun (helai) Tanaman Tomat Umur 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III
K0N1 5.5 6 5.5 17 5.6666667
K0N2 7 4.5 7 18.5 6.1666667
K0N3 4 6.5 5 15.5 5.1666667
K1N1 5 6 6 17 5.6666667
K1N2 3 6.5 2.5 12 4
K1N3 3 4.5 4 11.5 3.8333333
K2N1 5.5 6.5 4 16 5.3333333
K2N2 6.5 5 5 16.5 5.5
K2N3 3.5 4 3.5 11 3.6666667
K3N1 7 5.5 7 19.5 6.5
K3N2 3.5 5 4 12.5 4.1666667
K3N3 3.5 4.5 3.5 11.5 3.8333333
Total 57 64.5 57 178.5 4.9583333


SK db JK KT F.Hitung F.Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 3.125 1.5625 1.43979tn 3.44 5.72
Perlakuan 11 33.1875 3.01705 2.7801* 2.26 3.18
Kompos 3 6.6875 2.22917 2.0541tn 3.05 4.82
NPK 2 16.6667 8.33333 7.67888** 3.44 5.72
Interaksi 6 9.83333 1.63889 1.51018tn 2.55 3.76
Galat 22 23.875 1.08523
Total 35 60.1875

Keterangan :
KK = 21.0099 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata


Lampiran 8. Rataan Jumlah Daun (helai) Tanaman Tomat Umur 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
I II III
K0N1 6.5 9.5 6 22 7.3333333
K0N2 7.5 8 8.5 24 8
K0N3 5.5 10 6.5 22 7.3333333
K1N1 7 9.5 8 24.5 8.1666667
K1N2 5.5 10 5.5 21 7
K1N3 6.5 8 5 19.5 6.5
K2N1 7 9.5 6.5 23 7.6666667
K2N2 7 8.5 6.5 22 7.3333333
K2N3 5.5 7.5 4 17 5.6666667
K3N1 10 9 6 25 8.3333333
K3N2 4.5 8.5 5.5 18.5 6.1666667
K3N3 6.5 8 5.5 20 6.6666667
Total 79 106 73.5 258.5 7.1805556


SK db JK KT F.Hitung F.Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 50.4306 25.2153 23.5362** 3.44 5.72
Perlakuan 11 22.0764 2.00694 1.87331tn 2.26 3.18
Kompos 3 2.1875 0.72917 0.68061tn 3.05 4.82
NPK 2 10.7222 5.36111 5.00412* 3.44 5.72
Interaksi 6 9.16667 1.52778 1.42605tn 2.55 3.76
Galat 22 23.5694 1.07134
Total 35 96.0764

Keterangan :
KK = 14.4147 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata


Lampiran 9. Gambar Tanaman Tomat

LAPORAN PRAKTIKUM TANAMAN PANGAN, "Respon Pertumbuhan dan Produksi Varietas Kacang Kedelai Terhadap Perlakuan Pemupukan"

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Adanya pengaruh pemupukan pada tanaman kacang kedelai menyebabakan pertumbuhan dan hasil tanaman menjadi meningkat. Meningkatnya hasil ini disebabakan oleh unsur hara yang cukup tersedia. Jika tanaman pokok tidak tidak diberi tindakan pemupukan yang tepat maka hasil produksi tanaman kedelai akan menurun dan akan sangat merugikan pembudidaya. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik atau pupuk anorganik, tetapi hasil yang lebih cepat tampak adalah ppenggunaan pupuk anorganik (Adisarwanto dan Widianto, 1999).
Tanaman kedelai merupakan jenis tanaman leguminosa yakni jenis tanaman kacang-kacangan, tanaman ini dapat melakukan fiksasi nitrogen dan fiksasi nitrogen ini oleh tanaman akan dimanfaatkannya sebagai penunjang pertumbuhan vegetatifnya. Pada perkembangan generatifnya tanaman kacang kedelai ini akan membutuhkan unsur yang lebih banyak lagi dan kedelai dapat membantu menyehatkan tanah dengan menyuplai sumber nitrogen yang cukup dan akan sangat berguna bagi tanaman yang akan berada pada lahan untuk ditanam berikutnya (Adisarwanto, 2005).
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam (Sumarno dan Harnoto, 1983).
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulaupulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill (Suprapto, 1998).

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi varietas kacang kedelai akibat perlakuan pemupukan.

Hipotesis Penelitian
1. Ada respon pertumbuhan dan produksi varietas kacang kedelai akibat perlakuan varietas.
2. Ada respon pertumbuhan dan produksi varietas kacang kedelai akibat perlakuan pemupukan.
3. Ada interaksi antara varietas kacang kedelai dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untu dapat mengikuti praktikal test dan ujian akhir semester pada mata kuliah Tanaman Pangan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi strata satu Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

















TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kacang Kedelai
Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill (Fachruddin, 2000)

Morfologi Tanaman Kacang Kedelai
Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal (Hidayat, 1985).
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal, namun demikian, umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm. Sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar serabut ini mula-mula tumbuh di dekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah berkecambah dan akan semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain.(Rukmana dan Yuniarsih, 1996).
Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semiindeterminate. Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate. Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang. Jumlah batang bisa menjadi sedikit bila penanaman dirapatkan dari 250.000 tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar. Jumlah batang tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi. Artinya, walaupun jumlah cabang banyak, belum tentu produksi kedelai juga banyak(Hidayat, 1985).
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan.Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2. Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3-20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3-4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal. Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC 100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru.Lebat-tipisnya bulu pada d aun kedelai berkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat. Oleh karena itu, para peneliti pemulia tanaman kedelai cenderung menekankan pada pembentukan varietas yang tahan hama harus mempunyai bulu di daun, polong, maupun batang tanaman kedelai(Rukmana dan Yuniarsih, 1996).
Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30° C), sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi. Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup bunga dapat tumbuh menjadi polong, hanya berkisar 20-80%. Jumlah bunga yang rontok tidak dapat membentuk polong yang cukup besar. Rontoknya bunga ini dapat terjadi pada setiap posisi buku pada 1-10 hari setelah mulai terbentuk bunga. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe indeterminate. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu (Hidayat, 1985).

Syarat Tumbuh
Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila tumbuh pada lingkungan dengan salah satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optima (Sumarno dan Harnoto. 1983).
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam. Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan kedalaman olah lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat tumbuh mencapai kedalaman 5 m. Sementara pada jenis tanah dengan kadar liat yang tinggi, pertumbuhan akar mencapai kedalaman sekitar 3 m. Upaya program pengembangan kedelai bisa dilakukan dengan penanaman di lahan kering masam dengan pH tanah 4,5 – 5,5 yang sebenarnya termasuk kondisi lahan kategori kurang sesuai. Untuk mengatasi berbagai kendala, khususnya kekurangan unsur hara di tanah tersebut, tentunya akan menaikkan biaya produksi sehingga harus dikompensasi dengan pencapaian produktivitas yang tinggi (> 2,0 ton/ha).
Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula. Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam.
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C.
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”. Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 – 60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek.Perbedaan di atas tidak hanya terjadi pada pertanaman kedelai yang ditanam di daerah tropik dan subtropik, tetapi juga terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah (<20 m dpl) dan dataran tinggi (>1000 m dpl). Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di datarn rendah. Kedelai yang ditanam di bawah naungan tanaman tahunan, seperti kelapa, jati, dan mangga, akan mendapatkan sinar matahari yang lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan yang tidak melebihi 30% tidak banyak berpengaruh negatif terhadap penerimaan sinar matahari oleh tanaman kedelai.
Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal. Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam (Suprapto, 1998).

Peranan Pupuk ABG Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai

ABG merupakan konsentrat organik dan nutrisi tanaman hasil ekstraksi berbagai bahan organik berkualitas tinggi (ikan, ternak dan tanaman) melalui proses fermentasi mengandung senyawa bioaktif (plant growth promoting agent, asam-asam amino, enzim), mikroba menguntungkan (pengurai, penambat N, pelarut fosfat dan penghasil fitohormon) dan diperkaya dengan hara esensil. Efektif untuk merevitalisasi kesehatan (soil helty) dan kualitas ekosistem tanah, meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan, tanaman hias, dan lainnya) (Anonimus, 2008).
Bahan organik penting artinya bagi kesuburan tanah, Peranannya yang terpenting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis dan dapat membuat unsur hara dari bentuk tidak tersedia menjadi bentuk tersedia untuk pertumbuhan tanaman.
Pupuk organik mempunyai keunggulan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kandungan bahan organik didalam tanah
2. Memperbaiki struktur tanah
3. Meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air (water holding capacity)
4. Meningkatkan aktifitas kehidupan biologi tanah
5. Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah
6. Mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe pada tanah masam
7. Meningkatkan ketersedian hara didalam tanah (Hasibuan, 2004).

Peranan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai

Manfaat pupuk anorganik bagi tanaman antara lain :
1. Pemberian pupuk ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah yang dapat segera diserap oleh tanaman
2. Menggantikan unsur hara yang hilang di dalam tanah
3. Menaikan hasil panenan
4. Meningkatkan ketahanan (resisten) tanaman terhadap hama dan penyakit (Prasastyawati, 1980).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara di jalan Tuar Kecamatan Medan Amplas dengan ketinggian ± 27 meter di atas permukaan laut.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan November.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih kedelai , pupuk NPK, pupuk ABG dan air.
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, parang, meteran, gembor, alat tulis, kalkulator, dan alat alat lain yang diperlukan didalamnya.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang menggunakan 2 faktor dari 3 taraf perlakuan
1. Faktor Pupuk (P), terdiri dari tiga taraf :
P0 : Tanpa pemupukan
P1 : Pupuk anorganik (NPK)
P2 : Pupuk organik (ABG)



2. Faktor Varietas (V), terdiri dari tiga taraf :
V1 : Anjasmoro
V2 : Wilis
V3 : Selamet
Jumlah kombinasi perlakuan 9 kombinasi yaitu :
P0V1 P1V1 P2V1
P0V2 P1V2 P2V2
P0V3 P1V3 P2V3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot percobaan : 27 plot
Jumlah tanaman per plot : 24 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot : 3 tanaman
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 81 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 648 tanaman
Luas plot percobaan : 100 cm x 200 cm
Jarak antar plot percobaan : 50 cm
Jarak antar ulangan : 50 cm
Dari hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan menurut Duncan (DMRT).




PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Areal
Terlebih dahulu areal pertanaman dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman lainnya. Tanah dicangkul dua kali dengan interval satu minggu, pencangkulan yang pertama secara kasar dan yang kedua secara halus. Kemudian dibuat plot-plot penelitian yang telah ditentukan.

Penanaman
Penanaman dengan tugal sedalam 3 cm dengan jarak tanam 20 cm x 30 cm. Setiap lubang dimasukan dua benih kacang kedelai, selanjutnya lubang ditutup dengan tanah gembur.

Pemberian Pupuk Anorganik
Pupuk diberikan sesuai dengan takaran yang sesuai dan diberikan diberikan pada saat tanaman berumur satu bulan atau menjelang keluarnya bunga, bersamaan dengan penyiangan kedua. Pemberian pupuk dengan cara di benamkan ke dalam tanah di antara tanaman.

Pemberian Pupuk 0rganik
Pemberian pupuk organik disesuaikan dengan aturan yang tertera pada berosur pemakaian yaitu 1-2 cc/l air. Pupuk organik diaplikasikan ketanaman sebanyak 4 kali yaitu pada umur 10, 20, 30, dan 40 hari setelah tanam.


Penetapan Tanaman Sampel
Pengambilan tanaman sampel dilakukan secara acak sebanyak tiga tanaman perplot. Tanaman pinggir tidak dijadikan tanaman sampel.

Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu pada sore hari. Jika musim hujan penyiraman tidak dilakukan.
Penyisipan
Penyisipan dilakukan pada umur 5-7 hari setelah tanam untuk menganti tanaman yang tidak tumbuh, rusak atau mati.
Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan dilakukan satu minggu sekali dengan sistem manual yaitu dengan mencabut semua gulma yang ada pada plot, draenase antar plot dengan mengunakan tangan.
Pembumbunan dilakukan bersamaan waktunya dengan penyiangan, maksud dari pembumbunan adalah agar tanaman dapat tetap tegak sesuai dengan pertumbuhannya dan memberikan kesempatan dalam pembentukan perakaran.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah tanaman berumur satu minggu, tindakan pencegahan ini dengan menggunakan cara manual dan Tindakan penggunaan pestisida dilakukan apabila terjadi serangan hama dan penyakit yang cukup parah
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah (patok standar) sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan sejak umur satu minggu setelah tanam sampai umur empat minggu dengan interval satu minggu

Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dari tanaman kedelai yang dihitung adalah total keseluruhan daun yang terdapat pada tanaman sampel.














HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan pengamatan rata-rata dari tinggi tanaman (cm) kacang kedelai pada umur 1 - 4 MST, pemberian pupuk organik dan organik tidak berpengaruh nyata (tn) terhadap parameter tinggi dari beberapa varietas kacang kedelai yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini. Data dapat dilihat pada table 1 - 4.

Table 1. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Kacang Kedelai Umur 1 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 50.3 50.6 55.7 156.6 52.2
P1 56.8 55.1 50 161.9 53.9667
P2 47.1 52.7 55.6 155.4 51.8
Total 154.2 158.4 161.3 473.9
Rataan 51.4 52.8 53.7667

Table 2. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Kacang Kedelai Umur 2 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 58 56 62.3 176.3 58.7667
P1 62.8 58.8 59 180.6 60.2
P2 55 53.7 59.6 168.3 56.1
Total 175.8 168.5 180.9 525.2
Rataan 58.6 56.1667 60.3


Table 3. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Kacang Kedelai Umur 3 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 70 72.3 77.3 219.6 73.2
P1 77.8 73.8 74 225.6 75.2
P2 70.7 68.7 75.3 214.7 71.5667
Total 218.5 214.8 226.6 659.9
Rataan 72.8333 71.6 75.5333

Table 4. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Kacang Kedelai Umur 4 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 94 97.7 101.7 293.4 97.8
P1 101.8 97.7 98.3 297.8 99.2667
P2 95.3 94.8 100.4 290.5 96.8333
Total 291.1 290.2 300.4 881.7
Rataan 97.0333 96.7333 100.133

Jumlah daun (helai)
Berdasarkan dari pengamatan rata-rata jumlah daun (helai) kacang kedelai pada umur 1 - 4 MST, pemberian pupuk organik dan organik juga tidak berpengaruh nyata (tn) terhadap parameter jumlah daun tanaman kedelai dari beberapa varietas yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini. Data dapat dilihat pada table 5 - 8.

Table 5. Data Rata-Rata Jumlah Daun (helai) Kacang Kedelai Umur 1 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 40.7 40.7 40.7 122.1 40.7
P1 40.3 42.3 41.4 124 41.3333
P2 41 41.3 41 123.3 41.1
Total 122 124.3 123.1 369.4
Rataan 40.6667 41.4333 41.0333

Table 6. Data Rata-Rata Jumlah Daun (helai) Kacang Kedelai Umur 2 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 80 80.3 80.4 240.7 80.2333
P1 78 81.7 80.7 240.4 80.1333
P2 85 80.6 77.7 243.3 81.1
Total 243 242.6 238.8 724.4
Rataan 81 80.8667 79.6



Table 7. Data Rata-Rata Jumlah Daun (helai) Kacang Kedelai Umur 3 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 154.6 148.1 154.6 457.3 152.433
P1 150.7 144.3 152.4 447.4 149.133
P2 143.7 158.9 149.4 452 150.667
Total 449 451.3 456.4 1356.7
Rataan 149.667 150.433 152.133

Table 8. Data Rata-Rata Jumlah Daun (helai) Kacang Kedelai Umur 4 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 225.6 223.1 237.6 686.3 228.767
P1 239 242.4 239.3 720.7 240.233
P2 245.6 240.6 233.1 719.3 239.767
Total 710.2 706.1 710 2126.3
Rataan 236.733 235.367 236.667


Pembahasan

Tinggi Tanaman (cm)
Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap perlakuan varietas diduga karena faktor perawatan. Hal ini dikarenakan selama fase pertumbuhan tanaman kacang kedelai tidak pernah diperhatikan secara serius, baik itu dari segi penyiangan, pemupukan, dan faktor – faktor lainnya.
Walaupun demikian, jika dibandingkan antara varietas – varietas dari kaang kedelai yang dijadikan objek pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa varietas Selamet mempunya daya tumbuh yang lebih baik. Tampak pada pengamatan rata – rata tinggi tanaman pada umur 4 MST varietas ini menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan varietas yang lain (Anjasmoro dan Wilis), yaitu 100,133 cm. hal ini diduga karena adanya sifat genetik yang dimiliki varietas Selamet dan daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan setempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2008c) yang menyatakan bahwa penggunaan varietas unggul yang mempunyai adaptasi tinggi pada pola tanam dan kondisi setempat merupakan faktor penting. Karena hasil yang tinggi ditentukan oleh interaksi suatu varietas terhadap kondisi lingkungan.
Jika dikaitkan dengan pemupukan, yang merupakan faktor dari penelitian ini, maka hasil yang tidak nyata ini (tn) lebih karena pemupukan yang diberikan kepada tanaman kedelai selama dalam fase pertumbuhannya tidak teratur ataupun tidak mencukupi kadarnya.

Jumlah Daun (helai)
Untuk jumlah daun (helai) perlakuan terhadap varietas kacang kedelai juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata (tn). Hal ini juga kemungkinan besar diduga karena perawatan yang kurang serius selama fase pertumbuhan dari tanaman kacang kedelai, sehingga tidak dapat tumbuh dengan baik.
Selain hal itu, kemungkinan terjadinya hasil yang tidak nyata (tn) ini dikarenakan dipengaruhi oleh faktor genetis dan ekologis tanaman. Hal ini didukung oleh Dartius (2006) bahwa sifat-sifat tanaman dipengaruhi genotif dan lingkungan.
Menurut Sutejo dan Kartasapoetra (1988) bahwa pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal (hormon dan nutrisi) saja melainkan saling berkaitan dengan banyak faktor lainnya, diantaranya adalah status air dalam jaringan tanaman, suhu pada areal tanaman, keadaan tanah dan intensitas cahaya matahari.




KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Perlakuan Varietas dan pemupukan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm), dan jumlah daun (helai).
2. Interaksi perlakuan menunjukan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati, yaitu tinggi (cm), dan jumlah daun (helai).
3. Faktor penyebab hasil penelitian tidak nyata (tn) pada penelitian ini diduga karena perawatan yang kurang serius terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.


Saran
Perlu dilakukan pengulangan penelitian agar mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Dan selama penelitian setidaknya hal-hal yang berpengaruh terhadap tanaman objek harus diperhatikan secara intensif, terutama faktor yang diterapkan seperti pemupukan misalnya.
Sebaiknya dalam pembukaan lahan percobaan dilakukan bersama-sama oleh para praktikan, walaupun para praktikan tersebut berbeda kelompok (yang diteliti), sehingga dalam pembukaan lahan tidak terjadi ketimpangan.





DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. dan Wudianto, R. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Penebar Swadaya. Bogor.

Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Bogor.

Anonimus, 2008. Pemuliaan. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/bab 10 pemuliaan.htm

Hasibuan, B. E, 2004. Ilmu Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan

Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Dalam S. Puslitbangtan. Bogor.

Fachruddin, L., 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Prasastyawati, D.1980. Perkembangan bintil akar Rhizobium javonicum pada kedelai. Bul. Agron.

Rukmana, S. K. dan Yuniarsih, Y. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Buletin Teknik.

Suprapto, H. 1998. Bertanam kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.









Lampiran 1. Lay 0ut Penelitian
b

a U















I III II
Keterangan :
A = Jarak antara plot 50 cm
B = Jarak antar ulangan 50 cm
Lampiran 2. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 1 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 17.3 16.3 16.7 50.3 16.7667
P0V2 19 16.3 15.3 50.6 16.8667
P0V3 19.5 19.2 17 55.7 18.5667
P1V1 16.5 22 18.3 56.8 18.9333
P1V2 20 17.8 17.3 55.1 18.3667
P1V3 18 16 16 50 16.6667
P2V1 19 12.8 15.3 47.1 15.7
P2V2 18 15.7 19 52.7 17.5667
P2V3 20 16.3 19.3 55.6 18.5333
Total 167.3 152.4 154.2 473.9 17.5519


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 14.6985 7.34926 2.24856tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 29.5941 3.69926 1.13182tn 2,59 3,89
Varietas 2 2.83185 1.41593 0.43321tn 3,63 6,23
Pupuk 2 2.65852 1.32926 0.4067tn 3,63 6,23
V x P 4 24.1037 6.02593 1.84368tn 3,01 4,77
Galat 16 52.2948 3.26843
Total 26 96.5874

Keterangan :
KK = 10,30 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 20 18.3 19.7 58 19.3333
P0V2 20 18.3 17.7 56 18.6667
P0V3 23 21.3 18 62.3 20.7667
P1V1 18.5 24 20.3 62.8 20.9333
P1V2 22 19.8 17 58.8 19.6
P1V3 20 18 21 59 19.6667
P2V1 21 16.3 17.7 55 18.3333
P2V2 19 17.7 17 53.7 17.9
P2V3 20 18.3 21.3 59.6 19.8667
Total 183.5 172 169.7 525.2 19.4519


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 12.1474 6.0737 1.72123tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 25.3607 3.17009 0.89837tn 2,59 3,89
Varietas 2 8.63185 4.31593 1.22309tn 3,63 6,23
Pupuk 2 8.65852 4.32926 1.22687tn 3,63 6,23
V x P 4 8.07037 2.01759 0.57177tn 3,01 4,77
Galat 16 56.4593 3.5287
Total 26 93.9674

Keterangan :
KK = 9,65 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 4. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 25 23.3 21.7 70 23.3333
P0V2 26.3 23.3 22.7 72.3 24.1
P0V3 28 26.3 23 77.3 25.7667
P1V1 23.5 29 25.3 77.8 25.9333
P1V2 27 24.8 22 73.8 24.6
P1V3 25 23 26 74 24.6667
P2V1 26.7 21.3 22.7 70.7 23.5667
P2V2 24 22.7 22 68.7 22.9
P2V3 25 23.3 27 75.3 25.1
Total 230.5 217 212.4 659.9 24.4407


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 19.6674 9.8337 2.469tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 26.9319 3.36648 0.84524tn 2,59 3,89
Varietas 2 8.09407 4.04704 1.01611tn 3,63 6,23
Pupuk 2 6.62296 3.31148 0.83143tn 3,63 6,23
V x P 4 12.2148 3.0537 0.76671tn 3,01 4,77
Galat 16 63.7259 3.98287
Total 26 110.325


Keterangan :
KK = 8,16 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 5. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 33 31.3 29.7 94 31.3333
P0V2 34.3 32.7 30.7 97.7 32.5667
P0V3 36 34.7 31 101.7 33.9
P1V1 31.5 37 33.3 101.8 33.9333
P1V2 35 32.7 30 97.7 32.5667
P1V3 33 31.3 34 98.3 32.7667
P2V1 34.3 30.3 30.7 95.3 31.7667
P2V2 32.5 32.3 30 94.8 31.6
P2V3 33.7 31.7 35 100.4 33.4667
Total 303.3 294 284.4 881.7 32.6556


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 19.8467 9.92333 2.8032tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 22.56 2.82 0.79661tn 2,59 3,89
Varietas 2 7.08667 3.54333 1.00094tn 3,63 6,23
Pupuk 2 3.00222 1.50111 0.42404tn 3,63 6,23
V x P 4 12.4711 3.11778 0.88073tn 3,01 4,77
Galat 16 56.64 3.54
Total 26 99.0467

Keterangan :
KK = 5,76 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 6. Rataan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 13.3 13.7 13.7 40.7 13.5667
P0V2 14 12.7 14 40.7 13.5667
P0V3 14.7 13 13 40.7 13.5667
P1V1 13.3 13 14 40.3 13.4333
P1V2 14.3 14 14 42.3 14.1
P1V3 13.7 13 14.7 41.4 13.8
P2V1 14 14 13 41 13.6667
P2V2 14 14.3 13 41.3 13.7667
P2V3 14.3 12.7 14 41 13.6667
Total 125.6 120.4 123.4 369.4 13.6815


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 1.51407 0.75704 1.7991tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 0.89407 0.11176 0.2656tn 2,59 3,89
Varietas 2 0.29407 0.14704 0.34943tn 3,63 6,23
Pupuk 2 0.20519 0.10259 0.24381tn 3,63 6,23
V x P 4 0.39481 0.0987 0.23457tn 3,01 4,77
Galat 16 6.73259 0.42079
Total 26 9.14074

Keterangan :
KK = 4,74 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 7. Rataan Jumlah Daun (helai) Umur 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 25.7 26 28.3 80 26.6667
P0V2 28 24.3 28 80.3 26.7667
P0V3 28.7 25.7 26 80.4 26.8
P1V1 25.3 25 27.7 78 26
P1V2 28.7 28 25 81.7 27.2333
P1V3 27.3 24.7 28.7 80.7 26.9
P2V1 29 28.7 27.3 85 28.3333
P2V2 27.3 26.3 27 80.6 26.8667
P2V3 27 26.7 24 77.7 25.9
Total 247 235.4 242 724.4 26.8296


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 7.52296 3.76148 1.5396tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 12.043 1.50537 0.61616tn 2,59 3,89
Varietas 2 1.19407 0.59704 0.24437tn 3,63 6,23
Pupuk 2 0.56519 0.28259 0.11567tn 3,63 6,23
V x P 4 10.2837 2.57093 1.0523tn 3,01 4,77
Galat 16 39.0904 2.44315
Total 26 58.6563

Keterangan :
KK = 5,82 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 8. Rataan Jumlah Daun (Helai) Umur 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 54.3 49.3 51 154.6 51.5333
P0V2 47.7 51.7 48.7 148.1 49.3667
P0V3 49.3 52 53.3 154.6 51.5333
P1V1 50.3 54.7 45.7 150.7 50.2333
P1V2 49.7 46.3 48.3 144.3 48.1
P1V3 51.7 51.7 49 152.4 50.8
P2V1 49 48 46.7 143.7 47.9
P2V2 53.3 53.3 52.3 158.9 52.9667
P2V3 48.7 51 49.7 149.4 49.8
Total 454 458 444.7 1356.7 50.2481


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 10.3474 5.1737 1.07833tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 66.3141 8.28926 1.7277tn 2,59 3,89
Varietas 2 3.18741 1.5937 0.33217tn 3,63 6,23
Pupuk 2 5.45407 2.72704 0.56838tn 3,63 6,23
V x P 4 57.6726 14.4181 3.00511tn 3,01 4,77
Galat 16 76.7659 4.79787
Total 26 153.427

Keterangan :
KK = 4,35 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 9. Rataan Jumlah Daun (helai) Umur 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 70.3 84 71.3 225.6 75.2
P0V2 75.7 73.7 73.7 223.1 74.3667
P0V3 80 79.3 78.3 237.6 79.2
P1V1 79.7 75 84.3 239 79.6667
P1V2 78.7 81.7 82 242.4 80.8
P1V3 85.3 73.3 80.7 239.3 79.7667
P2V1 84.3 82.3 79 245.6 81.8667
P2V2 80.3 77 83.3 240.6 80.2
P2V3 79.3 74.7 79.1 233.1 77.7
Total 713.6 701 711.7 2126.3 78.7519


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 10.2541 5.12704 0.29146tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 153.041 19.1301 1.08751tn 2,59 3,89
Varietas 2 1.18741 0.5937 0.03375tn 3,63 6,23
Pupuk 2 84.2341 42.117 2.39427tn 3,63 6,23
V x P 4 67.6193 16.9048 0.961tn 3,01 4,77
Galat 16 281.453 17.5908
Total 26 444.747

Keterangan :
KK = 5,32 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata

STUDI EKOLOGI DAN KULTUR TEKNIS TANAMAN LADA (Piper nigrum L)

PENDAHULUAN
Tanaman lada termasuk tanaman rempah yang banyak dikembangkan di Indonesia. Untuk Indonesia, lada merupakan komoditas pertama yang diekspor ke Eropa sejak abad ke – XII.
Daerah yang merupakan sentra produksi lada di Indonesia adalah Bangka dan Lampung. Luas areal kebun lada di propinsi Lampung yaitu sekitar 42.000 hektar dengan hasil produksinya sekitar 19.000 ton/tahun. Lampung Utara merupakan salah satu sentra produksi lada hitam di Propinsi Lampung.
A. Daerah Asal
Tanaman lada (Piper nigrum) berasal dari daerah Ghat Barad, India. Demikian juga, tanaman lada yang sekarang banyak ditanam di Indonesia ada kemungkinan berasal dari India. Sebab pada tahun 100 SM – 600 SM banyak kolini Hindu yang datang ke Jawa. Mereka itulah yang diperkirakan membawa bibit lada ke Jawa. Pada abad XVI, tanaman lada di Indonesia baru diusahakan secara kecil-kecilan (Jawa). Tetapi pada abad XVIII, tanaman tersebut telah diusahakan secara besar-besaran.



B. Centra Produksi
Daerah penghasil lada terpenting di Indonesia ialah Lampung dan Bangka. Produksi lada di kedua daerah tersebut pada tahun 1913 – 1938 mencapai 60% dari seluruh produksi di Indonesia. Sedangkan pada tahun 1938 sendiri telah mencapai 90%.
Di beberapa daerah di Jawa, seperti di Jakarta dan Semarang pernah diusahakan tanaman lada, tetapi akhirnya tidak berkembang. Sebab tanaman lada tersebut diusahakan bersama tanaman lain, seperti kopi, coklat, dengan menggunakan tajar pohon dadap. Tajar pohon dadap tersebut sekaligus sebagai pelindung tanaman kopi dan coklat. Tetapi karena pohon dadap banyak diserang penyakit, maka akhirnya tanaman lada ditinggalkan.
C. Penyedia Bibit Lada
Salah satu penjual dan penyedia bibit lada yaitu terletak di Propunsi Jawa Timur, yang tepatnya di daerah Ongko, dengan nomor telepon/ handphon adalah 085740296488.
1. ASPEK EKOLOGI
A. Faktor Tanah
 Tinggi tempat
Ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan lada adalah pada ketinggian 300 - 1.100 m dpl.
 pH tanah
Untuk menunjang pertumbuhan tanaman lada, sebaiknya lada dibudidayakan pada kondisi pH tanah 5,5-7,0
 Tekstur tanah
Tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman lada adalah jenis tanah latosol dan podsolik merah kuning dengan tekstur tanah yang subur, gembur, dan remah.
 Kesuburan Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman lada hendaklah tanah yang subur dan kaya akan bahan organik.
 Solum (tebal tipisnya lapisan tanah)
Untuk menunjang pertumbuhan tanaman lada, sebaiknya kandungan humus tanah sedalam 1 – 2.5 m.
 Biologi tanah
Dalam budidaya tanaman lada hendaknya tanah yang dipilih kaya akan unsur bioligi tanah, diantaranya adalah makro fauna tanah dan mikro fauna tanah. Makro fauna tanah meliputi annelida (cacing tanah) dan dipolopoda (kaki seribu). Sedangkan mikro fauna tanah meliputi potozoa dan rotifera.
Pada ekosistem tanah yang banyak dihuni oleh makro fauna tanah dan mikro fauna tanah, maka struktur tanah menjadi gembur dan mempunyai forositas yang tinggi.




B. Fator Iklim
 Curah Hujan
Tanaman lada dapat tumbuh dengan baik dengan curah hujan 2.000 – 3.000 mm/ tahun. Pertumbuhan tanaman ini akan terhambat bila curah hujan kurang dari 90 mm/bulan dan bulan kering > 3 bulan dengan Bulan Basah 100 mm/bulan.


 Kelembapan
Kelembaban udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman lada adalah 50% – 100% dengan kelembapan udara optimal 60% – 80% RH.
 Suhu
Tanaman lada dapat tumbuh pada suhu udara berkisar 20OC – 34OC.
 Intensitas cahaya matahari
Tanaman lada hendaknya mendapat penyinaran sinar matahari yang cukup, yaitu berkisar 10 – 12 jam perharinya.
 Angin
Agar pertumbuhan tanaman lada tidak terganggu, hendaklah tanaman ini terlindung dari tiupan angin yang terlalu kencang.




2. KULTUR TEKNIS
 Pengolahan tanah
Dalam pengolahan tanah pada tanaman lada, terdapat dua tahapan yang harus dilakukan, yaitu persiapan tiang panjat dan pengolahan media tanam.
1) Persiapan Tiang Panjat
Tiang panjat yang digunakan untuk tanaman lada sebaiknya yang berdaun tidak terlalu rapat, umumnya menggunakan tanaman dadap atau cebreng / gamal. Tinggi tanaman tiang panjat adalah 1,5 m di atas permukaan tanah.
2) Pengolahan Media Tanam
1) Penyangkulan pertama
Yaitu pembalikan tanah sedalam 20 – 30 cm.
2) Penaburan kapur pertanian
Yaitu bertujuan untuk meningkatkan pH tanah. Setelah penaburan, sebaiknya tanah didiamkan selama 3 – 4 minggu.
3) Penyangkulan kedua
Yaitu bertujuan untuk menghaluskan dan meratakan tanah.
 Penanaman
Teknik Penanaman
1) Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain.
2) Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm.
3) Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam.
4) Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau kemusim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore.
5) Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas.
6) Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman.
7) Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk dasar :
o NPK 20 gram/tanaman
o Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman.
8) Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA :
o Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman.
o Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.
9) Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 – 4 bulan sekali.




 Pemupukan.
Pupuk makro diberikan sebagai berikut :
Umur
(bln) Pupuk makro (gram/pohon)
Urea SP 36 KCl
3-4 35 15 20
4-5 35 20 25
5-6 35 25 30
6-17 35 30 35

 Pengendalian hama dan penyakit
Hama :
1) Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)
Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan PESTONA.
2) Hama bunga
Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan bunga.
3) Hama buah
Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.
Penyakit :
1) Penyakit busuk pangkal batang (BPP)
Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garis-garis coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

2) Penyakit kuning
Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.
 Panen dan pasca panen
1) Pemanenan
a. Waktu Panen
Buah lada yang akan dipanen untuk pengolahan lada hitam ditandai dengan warna hijau tua dengan umur panen 6 – 7 bulan. Dapat juga diketahui dengan memecahkan atau memencet/ memijit buah lada, bila keluar cairan putih maka buah lada tersebut belum bisa dipetik. Biasanya dalam satu dompolan, terdiri atas buah lada merah (2%), kuning (23%) dan hijau (75%).
b. Cara Panen
Buah lada dipanen sekaligus dengan tangkainya dengan cara dipetik menggunakan tangan. Tangkai buah yang tua biasanya tidak liat lagi sehingga mudah untuk dipatahkan. Pemetikan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak buku dan cabang karena dari tempat tersebut akan keluar bunga untuk musim pembungaan selanjutnya. Pemetikan dilakukan secara bertahap sebanyak 3 kali panen yaitu panen 1 dan 2 dengan cara dipilih sedangkan panen ketiga dirompes (sekaligus).


c. Alat panen
Pemanenan buah lada dilakukan menggunakan tangga untuk mengambil buah lada dan keranjang bambu yang bersih dan memadai untuk tempat mengumpulkan buah lada yang sudah dipetik.
2) Sortasi buah
Lada yang sudah dipetik selanjutnya disortir. Buah lada yang busuk dan abnormal dipisahkan dan dibuang sedangkan buah yang baik dan mulus dikumpulkan dalam satu tempat.
3) Pemisahan buah dari tangkai (perontokan)
Buah lada yang sudah dipanen ditumpuk selama 2 – 3 hari atau langsung dirontok untuk memisahkan buah dari tangkainya. Proses perontokan dapat dilakukan dengan cara diremas-remas atau menggunakan kaki (diinjak-injak /secara tradisional). Hal ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat perontok tipe pedal atau motor yang digerakkan oleh bensin/listrik. Buah lada yang sudah agak kering akan mudah terlepas dari tangkainya.
4) Pengeringan
Pengeringan dilakukan selama 2 - 3 hari sampai kadar air mencapai 15% yaitu kadar air yang dikehendaki pasar.Pengeringan dengan penjemuran dilakukan dengan menggunakan alas (terpal/tikar) yang bersih, hindari kontak dengan tanah. Tumpukan lada dibolak-balik atau ditipiskan dengan ketebalan tumpukan 10 cm menggunakan garpu dari kayu.
5) Penampian /sortasi
Pemisahan atau sortasi bertujuan untuk memisahkan biji lada hitam yang sudah kering dari kotoran sepeti tanah, pasir, daun kering, gagang, serat-serat dan juga sebagian lada enteng. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tampah atau mesin (blower).
6) Pengemasan dan penyimpanan
Buah lada hitam yang sudah kering dan terlepas dari tangkainya dikemas dengan menggunakan karung plastik. Ruang penyimpanan harus kering dan tidak lembab (± 70%) hal ini untuk menghindari lada berjamur. Ruang penyimpanan diberi alas dari bambu atau kayu setinggi lebih kurang 15 cm dari permukaan lantai sehingga bagian bawah karung tidak berhubungan langsung dengan lantai. Kualitas lada hitam dapat dipertahankan 3–4 tahun jika disimpan di ruangan bersuhu20 - 28oC.










DAFTAR PUSTAKA
Kanisius, A.A., 2007. BERCOCOK TANAM LADA. Kanisius. Yogyakarta
Sentrapromosi.com/iklan/pusatinformasi-kopi-pala-dan-lada.html
wikipedia.com/budidayalada.html
ADVERTISER
  • ROXX SHARE
  • PRESENTS
  • WIDGETS
  • TEMPLATES
  • WORM TECHNIQUES
  • INSPIRATIONS

Pages

Recent Comments

Follow

Popular Posts

Random Posts

Categories

Bagaimana menurut anda blog ini?

Jam

Jadwal Waktu Sholat

ShoutMix Chat


ShoutMix chat widget

Sitemeter

Daftar Pengunjung

Langganan Artikel

Change Language